midwife

midwife

Jumat, 27 Juni 2014

PRINSIP GIZI PADA KLIEN DENGAN PEMENSTRUAL SYNDROME


MAKALAH
PRINSIP GIZI PADA KLIEN DENGAN PEMENSTRUAL SYNDROME




  


Dosen Pembimbing :
IIT ERMAWATI, Amd.Keb., S.Kep., M.Kes






PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG - PROBOLINGGO
2013/2014



BAB I

PENDAHULUAN   

A.    Latar Belakang
Kurangnya pemahaman kaum wanita mengenai Premenstrual Syndrome, dapat menjadi hal yang mengakibatkan para kaum wanita merasa cemas, khawatir bahkan ketakutan.
Beberapa hal yang umum dirasakan oleh wanita saat-saat mengalami Premenstrual Syndrome terkadang membuat sebagian besar wanita bingung untuk mengatasi bahkan juga bingung untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai gejala yang mereka alami.
Sebagian besar wanita yang mengalami Pemenstrual Syndrome juga bingung untuk mencari cara maupun metode pencegahan terhadap gejala-gejala yang di alami saat Premenstrual Syndrome maka dari itu, berbagai materi yang dapat diinformasikan mengenai Premenstrual Syndrome kepada kaum wanita perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan. Terutama bidan. Hal ini bertujuan agar kaum wanita memiliki banyak informasi dan pengetahuan mengenai Premenstrual Syndrome, sehingga mereka mampu mengatasi permasalahan yang dialami dan berkaitan dengan Premenstrual Syndrome serta mampu mencegah permasalahan yang muncul akibat Premenstrual Syndrome.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi Premenstrual Syndrome?
2.      Apa tanda dan gejala Premenstrual Syndrome?
3.      Apa penyebab Premenstrual Syndrome?
4.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Premenstrual Syndrome?
5.      Apa saja tipe Premenstrual Syndrome berdasarkan gejalanya?
6.      Bagaimana penanganan dan pencegahan Premenstrual Syndrome?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi Premenstrual Syndrome.
2.      Untuk mengetahui tanda dan gejala Premenstrual Syndrome.
3.      Untuk mengetahui penyebab Premenstrual Syndrome.
4.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Premenstrual Syndrome.
5.      Untuk mengetahui tipe Premenstrual Syndrome berdasarkan gejalanya.
6.      Untuk mengetahui penanganan dan pencegahan Premenstrual Syndrome.

D.    Manfaat
1.      Dapat mengetahui definisi Premenstrual Syndrome.
2.      Dapat mengetahui tanda dan gejala Premenstrual Syndrome.
3.      Dapat mengetahui penyebab Premenstrual Syndrome.
4.      Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Premenstrual Syndrome.
5.      Dapat mengetahui Premenstrual Syndrome berdasarkan gejalanya.
6.      Dapat mengetahui penanganan dan pencegahan Premenstrual Syndrome.

      
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Premenstrual Syndrome
Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik & mental, dialami 7-10 hari menjelang menstruasi dan menghilang beberapa harisetelah menstruasi. Keluhan yang dialami bisa bervariasi dari bulan ke bulan, bisamenjadi lebih ringan ataupun lebih berat dan berupa gangguan mental (mudahtersinggung, sensitif) maupun gangguan fisik.
Premenstrual syndrome (PMS) adalah keluhan-keluhan yang dirasakan seperti ; rasa cemas, depresi, suasana hati yang tidak stabil, kelelahan, pertambahan berat badan, pembengkakan, sakit pada payudara, kejang dan nyeri punggung yang dapat timbul sekitar 7-10 hari sebelum datangnya haid dan memuncak pada saat haid timbul (Bardosono, 2006).

B.     Tanda dan Gejala Premenstrual Syndrome
Kemudian tanda dan gejala yang paling jelas dirasakan (pada umumnya) ialah sebagai berikut :
1.      Tanda dan Gelaja Fisik
·         Kelemahan umum (lekas letih, pegal, linu).
·         Acne (jerawat).
·         Nyeri pada kepala, punggung, dan perut bagian bawah.
·         Nyeri pada payudara.
·         Gangguan saluran cerna misalnya rasa penuh/kembung, konstipasi, diare.
·         Perubahan nafsu makan, sering merasa lapar (food cravings).
2.      Tanda dan Gejala Mental
·         Mood menjadi labil (mood swings), iritabilitas (mudah tersinggung), depresi dan ansietas.
·         Gangguan konsentrasi.
·         Insomnia (sulit tidur).
C.    Penyebab Premenstrual Syndrome
Penyebab Premenstrual Syndrome sampai saat ini belum dapat dipaparkan dengan jelas, tetapi pendapat sementara penyebab Premenstrual Syndrome ini adalah sebagai berikut:
1.      Perubahan hormonal dan neurotransmitter.
  1. Pola makan yang buruk dan konsumsi obat-obatan tertentu.
  2. Gaya hidup yang kurang baik, misalnya kurang melakukan aktivitas fisik.
  3. Kadar hormon estrogen dalam darah meningkat sehingga menimbulkan gejala depresi.
  4. Kadar hormon serotonin menurun karena adanya perubahan jumlah hormon estrogen.
  5. Adanya keterkaitan antara PMS dan status gizi seorang wanita yang akan mengalami menstruasi seperti kurangnya asupan kebutuhan gizi yang diperlukan.
D.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Premenstrual Syndrome
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Premenstrual Syndrome yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Diet
Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu dan makanan olahan dapat memperberat gejala PMS (Rayburn, 2001).
2.      Defisiensi Zat Gizi Makro dan Mikro
Defisiensi zat gizi makro (energi, protein) dan zat gizi mikro, seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat (Karyadi, 2007).
3.      Status Perkawinan
Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita yang telah menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah dan biasanya mempunyai kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita yang tidak menikah (Burman & Margolin dalam Haijiang Wang, 2005).
Sebuah penelitian pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and Behavioral Factors Associated with Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia menemukan fakta bahwa mereka yang telah menikah cenderung mempunyai resiko yang lebih kecil untuk mengalami PMS (3,7%) dari pada mereka yang tidak menikah (12,6%) (Deuster, 1999 dalam Maulana, 2008).
4.      Usia
PMS semakin mengganggu dengan semakin bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun. Faktor resiko yang paling berhubungan dengan PMS adalah faktor peningkatan umur, penelitian menemukan bahwa sebagian besar wanita yang mencari pengobatan PMS adalah mereka yang berusia lebih dari 30 tahun (Cornforth, 2000 dalam Maulana). Walaupun ada fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami gejala-gejala yang sama dan kekuatan PMS yang sama sebagaimana yang dialami oleh wanita yang lebih tua (Freeman, 2007 dalam Maulana, 2008).
5.       Stres (Faktor Stres Memperberat Gangguan PMS)
Stres dapat berasal dari internal maupun eksternal dalam diri wanita . Stres merupakan predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit, sehingga diperlukan kondisi fisik dan mental yang baik untuk menghadapi dan mengatasi serangan stres tersebut. Stres mungkin memainkan peran penting dalam tingkat kehebatan gejala premenstrual syndrome (PMS) (Mulyono dkk, 2001 dalam Maulana, 2008).
6.      Kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat memperberat gejala PMS.
7.      Kurang berolah raga dan aktivitas fisik juga dapat memperberat gejala PMS.

E.     Tipe Premenstrual Syndrome Berdasarkan Gejalanya
Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan. Setiap tipe memiliki gejalanya sendiri, berikut ini tipe Premenstrual Syndrome berdasarkan gejalanya ialah :
1.      PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
2.      PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
3.      PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang kadang-kadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.
4.      PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.
F.     Penanganan dan Pencegahan Premenstrual Syndrome
1.      Penanganan Premenstrual Syndrome.
Menurut Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
a.       Terapi simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala antara lain dengan diuretika untuk mengobati kembung, anti depresan dan anti ansietas untuk menghilangkan cemas dan depresi, bromokriptin untuk menghilangkan bengkak dan nyeri pada payudara dan anti prostaglandin untuk mengatasi nyeri payudara, nyeri sendi dan nyeri muskuloskeletal.
b.      Terapi spesifik dibuat untuk mengobati etiologi yang diperkirakan sebagai penyebab dari PMS antara lain dengan progesteron alamiah untuk mengatasi defisiensi progesteron dan pemberian vitamin B6.
c.       Terapi ablasi yang bertujuan untuk mengatasi PMS dengan cara menghentikan haid.
2.      Pencegahan Premenstrual Syndrome.
a.       Edukasi dan Konseling
Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya premenstrual syndrome.

Sangat berguna bagi seorang wanita dengan premenstrual syndrome untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi sedag terjadi.
b.      Modifikasi Gaya Hidup dan Komunikasi  
Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau pertengkaran dapat dihindari apabila pasangan maupun teman mengerti dan mengenali penyebab dari kondisi tidak stabil wanita tersebut.
c.       Diet (Pola Konsumsi)
Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi) juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur). Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi. Menjaga berat badan, karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita premenstrual syndrome (PMS).
d.      Olahraga / Latihan Fisik
Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan premenstrual syndrome. Berolahraga dapat menurunkan stress dengan cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolah raga ketika mereka mengalami premenstrual syndrome dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari.
e.       Obat-obatan
Apabila gejala premenstrual syndrome begitu hebatnya sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi hidup jarang berhasil dan perlu dibantu dengan obat-obatan.
Asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) namun tidak semua. Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan aspirin atau memiliki risiko ulkus peptikum.
Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia, namun tidak berpengaruh terhadap ketidakstabilan mood. Pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB namun mengalami gejala premenstrual syndrome sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejala berkurang.
Obat penenang seperti alparazolam atau triazolam, dapat digunakan pada wanita yang merasakan kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur. Obat anti depresi hanya digunakan bagi mereka yang memiliki gejala premenstrual syndrome yang parah.

 
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
     Premenstrual syndrome merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti (Wiknjosastro, 2005).
     Premenstrual syndrome adalah keluhan-keluhan yang dirasakan seperti ; rasa cemas, depresi, suasana hati yang tidak stabil, kelelahan, pertambahan berat badan, pembengkakan, sakit pada payudara, kejang dan nyeri punggung yang dapat timbul sekitar 7-10 hari sebelum datangnya haid dan memuncak pada saat haid timbul (Bardosono, 2006).
     Premenstrual syndrome adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang setelah haid keluar (Paath, 2004).
B.       Saran
     Diharapkan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena Premenstrual syndrome tersebut memahami dan mengerti mengenai penyakit Premenstrual syndrome tersebut sehingga bisa dilakukan penanganan lebih awal dan menghindari terjadinya kegawatan. Wanita yang tidak beresiko juga menghindari terjangkitnya infeksi penyakit ini.
     Perawat atau bidan harus memberikan asuhan keperawatan atau kebidanan yang berkualitas untuk menghindari angka kesakitan.


DAFTAR PUSTAKA 

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Karyadi,E.2007. Menangkal Rasa Sakit Menjelang Haid. Http://www.Indomedia. com. Diakses pada tanggal 29 April 2009 : 16.00 WIB.
Maulana, R. 2008. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Reproduktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekologi BPK RSUD. Dr Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2008. Http://razimaulana.files.wordpress. com/2008/12/pms.doc. Diakses pada tanggal 19 Mei 2009 : 10.00 WIB