MAKALAH
PRINSIP GIZI PADA KLIEN DENGAN PEMENSTRUAL SYNDROME
Dosen
Pembimbing :
IIT
ERMAWATI, Amd.Keb., S.Kep., M.Kes
PROGRAM STUDI D III
KEBIDANAN
STIKES HAFSHAWATY
ZAINUL HASAN
GENGGONG - PROBOLINGGO
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurangnya pemahaman kaum wanita mengenai Premenstrual Syndrome, dapat
menjadi hal yang mengakibatkan para kaum wanita merasa cemas, khawatir bahkan
ketakutan.
Beberapa hal yang umum dirasakan oleh wanita saat-saat mengalami
Premenstrual Syndrome terkadang membuat sebagian besar wanita bingung untuk
mengatasi bahkan juga bingung untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai
gejala yang mereka alami.
Sebagian besar wanita yang mengalami Pemenstrual Syndrome juga bingung
untuk mencari cara maupun metode pencegahan terhadap gejala-gejala yang di
alami saat Premenstrual Syndrome maka dari itu, berbagai materi yang dapat
diinformasikan mengenai Premenstrual Syndrome kepada kaum wanita perlu
dilakukan oleh tenaga kesehatan. Terutama bidan. Hal ini bertujuan agar kaum
wanita memiliki banyak informasi dan pengetahuan mengenai Premenstrual
Syndrome, sehingga mereka mampu mengatasi permasalahan yang dialami dan
berkaitan dengan Premenstrual Syndrome serta mampu mencegah permasalahan yang
muncul akibat Premenstrual Syndrome.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa definisi Premenstrual
Syndrome?
2. Apa tanda dan gejala
Premenstrual Syndrome?
3. Apa penyebab Premenstrual
Syndrome?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi
Premenstrual Syndrome?
5. Apa saja tipe
Premenstrual Syndrome berdasarkan gejalanya?
6. Bagaimana penanganan dan pencegahan
Premenstrual Syndrome?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi
Premenstrual Syndrome.
2. Untuk mengetahui tanda
dan gejala Premenstrual Syndrome.
3. Untuk mengetahui penyebab
Premenstrual Syndrome.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi Premenstrual Syndrome.
5. Untuk mengetahui tipe
Premenstrual Syndrome berdasarkan gejalanya.
6. Untuk mengetahui
penanganan dan pencegahan Premenstrual
Syndrome.
D.
Manfaat
1. Dapat mengetahui definisi
Premenstrual Syndrome.
2. Dapat mengetahui tanda
dan gejala Premenstrual Syndrome.
3. Dapat mengetahui penyebab
Premenstrual Syndrome.
4. Dapat mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi Premenstrual Syndrome.
5. Dapat mengetahui Premenstrual
Syndrome berdasarkan gejalanya.
6. Dapat mengetahui penanganan
dan pencegahan Premenstrual Syndrome.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Premenstrual
Syndrome
Pre Menstrual
Syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala berupa gangguan fisik & mental,
dialami 7-10 hari menjelang menstruasi dan menghilang beberapa harisetelah
menstruasi. Keluhan yang dialami bisa bervariasi dari bulan ke bulan,
bisamenjadi lebih ringan ataupun lebih berat dan berupa gangguan mental
(mudahtersinggung, sensitif) maupun gangguan fisik.
Premenstrual syndrome
(PMS) adalah keluhan-keluhan yang dirasakan seperti ; rasa cemas, depresi,
suasana hati yang tidak stabil, kelelahan, pertambahan berat badan,
pembengkakan, sakit pada payudara, kejang dan nyeri punggung yang dapat timbul
sekitar 7-10 hari sebelum datangnya haid dan memuncak pada saat haid timbul
(Bardosono, 2006).
B. Tanda dan Gejala
Premenstrual Syndrome
Kemudian tanda
dan gejala yang paling jelas dirasakan (pada umumnya) ialah sebagai berikut :
1.
Tanda dan Gelaja Fisik
·
Kelemahan umum (lekas
letih, pegal, linu).
·
Acne (jerawat).
·
Nyeri pada kepala,
punggung, dan perut bagian bawah.
·
Nyeri pada payudara.
·
Gangguan saluran cerna
misalnya rasa penuh/kembung, konstipasi, diare.
·
Perubahan nafsu makan,
sering merasa lapar (food cravings).
2.
Tanda
dan Gejala Mental
·
Mood menjadi labil
(mood swings), iritabilitas (mudah tersinggung), depresi dan ansietas.
·
Gangguan konsentrasi.
·
Insomnia (sulit tidur).
C. Penyebab Premenstrual
Syndrome
Penyebab Premenstrual Syndrome sampai saat ini belum
dapat dipaparkan dengan jelas, tetapi pendapat sementara penyebab Premenstrual Syndrome
ini adalah sebagai berikut:
1.
Perubahan hormonal dan
neurotransmitter.
- Pola makan yang buruk dan konsumsi obat-obatan tertentu.
- Gaya hidup yang kurang baik, misalnya kurang melakukan aktivitas fisik.
- Kadar hormon estrogen dalam darah meningkat sehingga menimbulkan gejala depresi.
- Kadar hormon serotonin menurun karena adanya perubahan jumlah hormon estrogen.
- Adanya keterkaitan antara PMS dan status gizi seorang wanita yang akan mengalami menstruasi seperti kurangnya asupan kebutuhan gizi yang diperlukan.
D. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Premenstrual Syndrome
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi Premenstrual Syndrome yang diantaranya adalah
sebagai berikut :
1.
Diet
Faktor kebiasaan
makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk
susu dan makanan olahan dapat memperberat gejala PMS (Rayburn, 2001).
2.
Defisiensi Zat Gizi
Makro dan Mikro
Defisiensi zat
gizi makro (energi, protein) dan zat gizi mikro, seperti kurang vitamin B
(terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam
lemak linoleat (Karyadi, 2007).
3.
Status Perkawinan
Status
perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita yang telah
menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah
dan biasanya mempunyai kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada
wanita yang tidak menikah (Burman & Margolin dalam Haijiang Wang, 2005).
Sebuah
penelitian pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and Behavioral
Factors Associated with Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874 wanita di
Virginia menemukan fakta bahwa mereka yang telah menikah cenderung mempunyai
resiko yang lebih kecil untuk mengalami PMS (3,7%) dari pada mereka yang tidak
menikah (12,6%) (Deuster, 1999 dalam Maulana, 2008).
4.
Usia
PMS semakin
mengganggu dengan semakin bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun.
Faktor resiko yang paling berhubungan dengan PMS adalah faktor peningkatan
umur, penelitian menemukan bahwa sebagian besar wanita yang mencari pengobatan
PMS adalah mereka yang berusia lebih dari 30 tahun (Cornforth, 2000 dalam
Maulana). Walaupun ada fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami
gejala-gejala yang sama dan kekuatan PMS yang sama sebagaimana yang dialami
oleh wanita yang lebih tua (Freeman, 2007 dalam Maulana, 2008).
5.
Stres (Faktor Stres Memperberat Gangguan PMS)
Stres dapat
berasal dari internal maupun eksternal dalam diri wanita . Stres merupakan
predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit, sehingga diperlukan kondisi
fisik dan mental yang baik untuk menghadapi dan mengatasi serangan stres
tersebut. Stres mungkin memainkan peran penting dalam tingkat kehebatan gejala
premenstrual syndrome (PMS) (Mulyono dkk, 2001 dalam Maulana, 2008).
6.
Kebiasaan merokok dan
minum alkohol dapat memperberat gejala PMS.
7.
Kurang berolah raga dan
aktivitas fisik juga dapat memperberat gejala PMS.
E. Tipe Premenstrual
Syndrome Berdasarkan Gejalanya
Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli
kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut
gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk
tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang-kadang
seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara
bersamaan. Setiap tipe memiliki gejalanya sendiri,
berikut ini tipe Premenstrual Syndrome berdasarkan gejalanya ialah :
1.
PMS tipe A
(anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang,
perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang
saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan
hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk
mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa
jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak
mengonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
2.
PMS tipe H
(hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada
buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid.
Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain.
Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel
(ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita.
Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium
pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala
ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan
serta membatasi minum sehari-hari.
3.
PMS tipe C
(craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makanan yang manis-manis
(biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya
sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala
hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang
kadang-kadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon
insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat
disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam
lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.
4.
PMS tipe D murni
disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana
hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon
estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan
timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6).
Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat
membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe
A.
F.
Penanganan
dan Pencegahan Premenstrual Syndrome
1.
Penanganan Premenstrual
Syndrome.
Menurut
Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
a.
Terapi simtomatik untuk
menghilangkan gejala-gejala antara lain dengan diuretika untuk mengobati
kembung, anti depresan dan anti ansietas untuk menghilangkan cemas dan depresi,
bromokriptin untuk menghilangkan bengkak dan nyeri pada payudara dan anti
prostaglandin untuk mengatasi nyeri payudara, nyeri sendi dan nyeri
muskuloskeletal.
b.
Terapi spesifik dibuat
untuk mengobati etiologi yang diperkirakan sebagai penyebab dari PMS antara
lain dengan progesteron alamiah untuk mengatasi defisiensi progesteron dan
pemberian vitamin B6.
c.
Terapi ablasi yang
bertujuan untuk mengatasi PMS dengan cara menghentikan haid.
2.
Pencegahan Premenstrual
Syndrome.
a.
Edukasi dan Konseling
Tatalaksana
pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita lainnya pun ada yang
memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus
menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran seorang wanita mengenai
waktu terjadinya premenstrual syndrome.
Sangat
berguna bagi seorang wanita dengan premenstrual syndrome untuk mengenali gejala
yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika
ketidakstabilan emosi sedag terjadi.
b.
Modifikasi Gaya Hidup
dan Komunikasi
Wanita
dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang terdekatnya,
baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau pertengkaran
dapat dihindari apabila pasangan maupun teman mengerti dan mengenali penyebab
dari kondisi tidak stabil wanita tersebut.
c.
Diet (Pola Konsumsi)
Penurunan
asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema
(bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi) juga dapat
menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur). Pola makan
disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa
selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk
energi. Menjaga berat badan, karena berat badan yang berlebihan dapat
meningkatkan risiko menderita premenstrual syndrome (PMS).
d.
Olahraga / Latihan Fisik
Olahraga
berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan premenstrual syndrome.
Berolahraga dapat menurunkan stress dengan cara memiliki waktu untuk keluar
dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi.
Beberapa wanita mengatakan bahwa berolah raga ketika mereka mengalami
premenstrual syndrome dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari.
e.
Obat-obatan
Apabila
gejala premenstrual syndrome begitu hebatnya sampai mengganggu aktivitas
sehari-hari, umumnya modifikasi hidup jarang berhasil dan perlu dibantu dengan
obat-obatan.
Asam
mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat mengurangi
gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi dalam
jumlah banyak) namun tidak semua. Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada
wanita yang sensitif dengan aspirin atau memiliki risiko ulkus peptikum.
Kontrasepsi
oral dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan
menoragia, namun tidak berpengaruh terhadap ketidakstabilan mood. Pada wanita
yang sedang mengkonsumsi pil KB namun mengalami gejala premenstrual syndrome
sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejala berkurang.
Obat
penenang seperti alparazolam atau triazolam, dapat digunakan pada wanita yang merasakan
kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur. Obat anti depresi
hanya digunakan bagi mereka yang memiliki gejala premenstrual syndrome yang
parah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Premenstrual syndrome merupakan
keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum
datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang
berlangsung terus sampai haid berhenti (Wiknjosastro, 2005).
Premenstrual syndrome adalah keluhan-keluhan
yang dirasakan seperti ; rasa cemas, depresi, suasana hati yang tidak stabil,
kelelahan, pertambahan berat badan, pembengkakan, sakit pada payudara, kejang
dan nyeri punggung yang dapat timbul sekitar 7-10 hari sebelum datangnya haid
dan memuncak pada saat haid timbul (Bardosono, 2006).
Premenstrual syndrome adalah kombinasi
gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang setelah haid keluar (Paath,
2004).
B.
Saran
Diharapkan
wanita terutama yang beresiko tinggi terkena Premenstrual
syndrome tersebut
memahami dan mengerti mengenai penyakit Premenstrual
syndrome tersebut
sehingga bisa dilakukan penanganan lebih awal dan menghindari terjadinya
kegawatan. Wanita yang tidak beresiko juga menghindari terjangkitnya infeksi
penyakit ini.
Perawat atau
bidan harus memberikan asuhan keperawatan atau kebidanan yang berkualitas untuk
menghindari angka kesakitan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar
Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Karyadi,E.2007. Menangkal Rasa Sakit
Menjelang Haid. Http://www.Indomedia. com. Diakses pada tanggal 29 April 2009 :
16.00 WIB.
Maulana, R. 2008. Hubungan Karakteristik
Wanita Usia Reproduktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan
Gynekologi BPK RSUD. Dr Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2008.
Http://razimaulana.files.wordpress. com/2008/12/pms.doc. Diakses pada tanggal
19 Mei 2009 : 10.00 WIB