Makalah
Perawatan Luka dalam Praktik Kebidanan
Perawatan Luka dalam Praktik Kebidanan
Dosen Pembimbing :
Nova Hikmawati, S.ST
Anggota Klompok :
1. Aisyah
Rahmawati 11.
Dhinia Khotimaturrobiah
2. Al
hikmatus Sholeha 12.
Dwi Hijriatul Alim
3. Alpiatun
Holipa 13.
Dwi Trisnaningsih
4. Alviani
Masrohatul Ainiah 14. Eka
Suryani Arifin
5. Aminatus
Zuhriyah 15. Enik
Ngalista
6. Anggi
Siti Nur Rohmah 16. Evi
Normalasari
7. Anis
Nur Laili 17. Faiqotul Hikmah
8. Annur
Jannah 18. Heldawati
9. Dewi
Arista 19.
Hermawati
10. Dewi
Purnawati
AKADEMI
KEBIDANAN
STIKES
HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
KABUPATEN PROBOLINGGO
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Luka merupakan suatu
keadaan terputusnya jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi
tubuh, sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari- hari. Merawat luka adalah suatu penanganan luka yang
terdiri dari membersihkan luka, menutup dan membalut luka sehingga dapat
membantu proses penyembuhan. Konsep
Dasar Perawatan Luka dalam Praktik Kebidanan adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ
tertentu.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
konsep dasar perawatan luka dalam praktek kebidanan?
2. Apa
saja jenis persiapan dan perawatannya?
3. Bagaimana
perawatan luka operasi?
4. Bagaimana
cara ganti balutan?
5. Bagaimana
cara angkat jahitan?
C. Tujuan
& Manfaat
1. Tujuan
a. Untuk
mengetahui konsep dasar perawatan luka dalam praktek kebidanan
b. Untuk
mengetahui persiapan dan perawatannya
c. Untuk
mengetahui perawatan luka operasi
d. Untuk
mengetahui cara ganti balutan
e. Untuk
mengetahui cara angkat jahitan
2. Manfaat
a. Untuk
menambah referensi di perguruan tinggi
b. Untuk
menambah wawasan bagi pembaca
c. Untuk
menambah pengetahuan bagi penulis
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Konsep
Dasar Perawatan Luka dalam Praktik Kebidanan
1. Pengertian
Perawatan Luka
Luka merupakan suatu keadaan terputusnya jaringan
tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, sehingga dapat
mengganggu aktivitas sehari- hari. Merawat luka adalah suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan
luka, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu proses penyembuhan. Konsep Dasar Perawatan Luka dalam
Praktik Kebidanan adalah rusaknya
struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari
internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu.
2.
Jenis-jenis luka
a.
Berdasarkan
sifat kejadian
1)
Luka
di sengaja : luka radiasi, luka bedah.
2)
Luka
tidak di sengaja :
a)
Luka
terbuka : lukanya kelihatan
b)
Luka
tertutup : di dalam tubuh
b.
Berdasarkan
penyebab
1)
Luka
mekanik :
a)
Vulnus
scissum (luka sayat)
b)
Vulnus
contusum (luka memar)
c)
Vulnus
laceratum (luka robek)
d)
Vulnus
puncture (luka tusuk)
e)
Vulnus
sclopetorum (luka tembak)
f)
Vulnus
morsum (luka gigitan)
g)
Vulnus
abrasio (luka terkikis)
2)
Luka
non mekanik : sengatan listrik, obat
3. Tujuan
perawatan luka
a. Melindungi
luka dari trauma mekanik
b. Mengimobilisasi
luka
c. Mengabsorbsi
drainase
d. Mencegah
kontaminasi dari kotoran-kotoran tubuh (feses, urine).
e. Membantu
hemostasis
f. Menghambat
atau membunuh mikroorganisme
g. Memberikan
lingkungan fisiologis yang sesuai untuk penyembuhan luka
h. Mencegah
perdarahan
i. Meningkatkan
kenyamanan fisik dan psikologis
B. Jenis
Persiapan dan Perawatan
1. Pre
Operasi (Sebelum Operasi)
Pre operasi merupakan tahapan
awal dari keperawatan perioperatif. Fase awalan yang menjadi landasan untuk
keberhasilan tahap selanjutnya. Persiapan pasien atau kilen di ruang unit
perawatan meliputi :
a. Konsultasi dengan tim bedah dan tim anestesi
Semua ibu yang akan
dioperasi harus melalui pemeriksaan dokter bedah dan dokter anestesi maupun
anggota tim lain yang terlibat seperti fisioterapis. Hal ini dikarenakan klien
harus mengetahui bagaimana operasi akan dilakukan, bagaimana pembiusan akan
diberikan serta hal-hal lain yang menyangkut dengan tindakan operasi.
b. Pra medikasi
Adalah obat yang diberikan
sebelum operasi dilakukan sebagai persiapan atau bagian dari anestesi. Pra
medikasi dapat diberikan dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan, misalnya relaksan, antiemetic, analgesic dan lain
sebagainya.
c.
Perawatan
kandung kemih
Pemasangan kateter residu
dipasang untuk mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih selama operasi serta untuk memudahkan pengontrolan
keseimbangan intake dan output.
d.
Stoking kompresi
Diberikan pada pasien yang
mempunyai resiko tinggi seperti pada ibu yang obesitas atau yang memiliki
varises untuk mencegah kematian akibat emboli pulmoner (pembuluh darah buntu).
e.
Mengidentifikasi
protesis
Semua protesis seperti lensa
kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan dan lainnya harus dilepas sebelum
pembedahan. Pada gigi hal ini untuk mencegah terlepas dan tertelan saat operasi dimana pasien dalam
kondisi tidak sadar. Sedangkan untuk perhiasan, selain dikhawatirkan akan
menjadi sarang kuman juga mencegah terjadinya reaksi perhiasan dengan alat atau
medan listrik dan magnet yang ada di ruang operasi.
f.
Inform consent
Hal ini sangat penting terkait dengan aspek hukum, tanggung
jawab dan tanggung gugat. Pasien
dan keluarga harus mengetahui dan memahami bahwa setiap tindakan medis, operasi
sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap tindakan medis wajib
memberikan pernyataan persetujuan tindakan medis. Setelah sebelumnya sudah
mendapat informasi detail terkait segala macam prosedur tindakan yang akan
dilakukan
g.
Persiapan fisik:
Berbagai persiapan
fisik harus dilakukan sebelum pasien
operasi antara lain :
1)
Status
kesehatan fisik secara umum
Meliputi identitas, riwayat kesehatan, pemeriksaan
fisik lengkap mulai organ dalam dan luar tubuh. Selain itu pasien juga harus
cukup istirahat sehingga pasien tidak akan mengalami stress fisik dan tubuh
lebih rileks.
2)
Status
nutrisi
Segala macam defisiensi nutrisi harus di koreksi
sebelum pembedahan agar tubuh mempunyai protein yang cukup untuk perbaikan
jaringan. Kondisi gizi yang buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di
rumah sakit. Yang paling sering terjadi adalah infeksi post operasi, demam,
penyembuhan luka yang lama serta dehisensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu).
3)
Keseimbangan
cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya
dengan input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus
berada dalam rentang yang normal, yang biasa diperiksa adalah kadar natrium
serum (N: 135-145 mmol), kalium serum (N: 3,5-5 mmol) dan kadar kreatinin serum
(N: 0,70-1,50). Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan erat dengan
fungsi ginjal.
4)
Kebersihan
lambung dan kolon\
Sebelum operasi pasien dipuasakan dalam waktu 6-8 jam
dan dilakukan pengosongan kolon dengan tindakan lavement (huknah) yang bertujuan
untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru) dan menghindari
kontaminasi faeces di area pembedahan. Perkecualian pada kasus pasien yang
membutuhkan tindakan segera, seperti
pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka pengosongan lambung dapat dilakukan
dengan memasang NGT.
5)
Pencukuran
daerah operasi
Ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada
daerah yang akan dilakukan tindakan pembedahan karena rambut dapat menjadi tempat kuman bersembunyi serta
menghambat proses penyembuhan luka dan menyulitkan saat dilakukan perawatan
luka.
6)
Personal
hygiene
Kebersihan tubuh sangat penting karena jika tubuh
dalam keadaan kotor akan menjadi sarang kuman dan meningkatkan resiko infeksi
pada daerah yang dilakukan tindakan operasi.
2. Intra
dan post
Aktivitas yang dilakukan
pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh petugas medis
di ruang operasi. Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan dibagi
menjadi tiga kelompok besar. Meliputi ahli anestesi dan perawat anestesi yang
bertugas memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien pada posisi yang
tepat di meja operasi, berikutnya ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub
(membersihkan anggota badan yang akan dilakukan tindakan operasi), serta
yang terakhir adalah perawat intra operatif yang bertanggung jawab terhadap
keselamatan dan kesejahteraan pasien.
a. Prinsip umum adalah:
1) Prinsip asepsis ruangan
Antisepsis dan asepsis merupakan suatu usaha untuk
mencapai keadaan yang memungkinkan tidak adanya kuman pathogen baik secara
kimiawi, mekanis maupun fisik. Untuk seluruh sarana dan prasarana yang ada di
ruang operasi.
2) Prinsip asepsis personel
Meliputi 3 tahap yaitu scrubbing (cuci tangan steril),
gowning ( teknik penggunaan gaun operasi) dan gloving (teknik pemakaian sarung
tangan steril). Seluruh anggota personal tim harus memahami konsep ini untuk
dapat melaksanakan operasi secara asepsis dan antiseptic sehingga menghilangkan
atau meminimalkan jumlah kuman. Serta menghindarkan bahaya anggota tim dari
penularan penyakit seperti hepatitis dan HIV /AIDS.
3) Prinsip asepsis pasien
Dengan melakukan berbagai prosedur yang digunakan
untuk membuat medan operasi menjadi steril, seperti kebersihan pasien,
desinfeksi lapangan operasi dan tindakan drapping (menutupi anggota badan
dengan kain steril).
4) Prinsip asepsis instrument
Instrument bedah yang digunakan harus benar benar
dalam kondisi steril dengan perawatan alat dan teknik sterilisasi yang benar
dan mempetahankan kesterilan alat pada saat pembedahan.
b. Hal hal yang dilakukan oleh petugas medis terkait
dengan pengaturan posisi pasien di ruang operasi meliputi :
1) Kesejajaran fungsional
Adalah memeberikan posisi yang tepat selama dilakukan
tindakan operasi, karena setiap tindakan operasi membutuhkan posisi yang
berbeda beda, seperti :
a) Supine , untuk operasi hernia, laparotomy,
appendectomy, mastectomy dll.
b)
Pronasi, untuk operasi pada daerah punggung
dan spinal seperti laminectomy.
c)
Trendelenburg,
untuk operasi pada daerah abdomen bawah atau pelvis (panggul).
d)
Lithotomy,
mengekspose daerah perineal dan rectal biasa digunakan untuk operasi vagina,
dilatasi dan kuretase serta pembedahan rectal seperti haemoroidectomy.
e)
Lateral,
digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul
2)
Pemajanan area
pembedahan
Maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan
tindakan pembedahan, sehingga petugas dapat mempersiapkan daerah operasi dengan
teknik drapping (menutup dengan kain lokasi operasi).
3)
Mempertahankan
posisi sepanjang prosedur operasi
a)
Posisi pasien
selama di meja operasi harus dipertahankan untuk mempermudah proses pembedahan
dan untuk menjaga keselamatan pasien serta mencegah terjadinya injury
b)
Memasang alat
grounding (menetralkan medan listrik ke badan pasien)
c)
Memberikan
dukungan fisik dan psikologis pada klien
d)
Memastikan semua
peralatan telah siap
4)
Monitoring
fisiologis
a)
Melakukan
balance cairan
Untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien dan mengkoreksi
jika ada ketidakseimbangan pada balance cairan
b)
Memantau kondisi
cardiopulmonal (jantung dan paru)
Dilakukan secara terus menerus meliputi tanda tanda
vital
5)
Monitoring
psikologis
Bisa diberikan dengan memberikan dukungan emosional
dengan berdiri dan memberikan sentuhan selama tindakan. Kemudian kondisi
emosional juga perlu dikaji dan menginformasikan kondisi emosional tersebut
pada tim bedah.
6)
Tim operasi
Terbagi menjadi dua kelompok besar :
a)
Steril terdiri
dari ahli bedah, asisten bedah, perawat intrumentator (scrub nurse).
b)
Non steril
terdiri dari ahli anestesi, perawat anestesi, circulating nurse, teknisi
(operator alat, laboratorium dll).
c.
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering muncul adalah :
1)
Hipotensi
Hipotensi pada tindakan operasi memang diinginkan dan
dibuat dengan pemberian obat obatan tertentu untuk menurunkan jumlah perdarahan
pada lokasi operasi. Petugas harus waspada agar tidak terjadi malhipotensi dan
segera dapat memberikan penanganan yang tepat.
2)
Hipotermi
Merupakan keadaan suhu dibawah 36,5 derajat celcius.
Bisa dialami oleh pasien karena suhu rendah yang ada di ruang operasi (25-26,6
derajat celcius), infuse dengan cairan yang dingin, obat obatan dll. Pencegahan
dapat dilakukan dengan mengatur suhu kamar operasi pada suhu ideal, cairan
infuse dibuat pada suhu 37 derajat celcius, baju dan selimut operasi yang basah
segera diganti. Hal ini dilakukan mulai pre operatif hingga pasca operatif.
3)
Hipertemi
malignant
Angka kematian lebih dari 50%. Perlu penatalaksanaan
yang tepat. Terjadi akibat gangguan pada otot yang disebabkan oleh obat obatan
anestesi. Ketika obat anestesi dimasukkan dalam tubuh, kalsium dalam plasma
akan dilepas ke membrane luar sehingga otot berkontraksi. Dalam kondisi normal,
tubuh akan memompa kembali kalsium ke dalam plasma, sehingga otot kembali
relaksasi. Jika tidak, pasien akan mengalami hipertemi malignant dan mengalami
kerusakan pada system syaraf pusat. Untuk menghindari bisa dengan pemberian
obat obatan serta monitoring ketat terhadap tanda tanda vital.
3. Operasi
Merupakan masa setelah dilaksanakan
operasi, dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan sampai evaluasi
selanjutnya.
a.
Meningkatan
proses penyembuhan luka
b.
Mempertahankan
respirasi
c.
Mempertahankan
sirkulasi udara
d.
Mempertahankan
keseimbangan cairan
e.
Mempertahankan
eliminasi
f.
Melaksanakan
latihan mobilitas/ gerakan
g.
Mengurangi
kecemasan
4. Luka
Perineum
Perawatan perineum adalah pemenuhan
kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus
pada ibu dalam masa kelahiran plasenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi
sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
C. Perawatan
Luka Operasi
Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa, membran dan tulang atau anggota
tubuh lain (Kozier, 1995). Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stress simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dengan tujuan meningkatkan
proses penyembuhan jaringan dan mencegah
infeksi. Perawatan luka operasi adalah Perawatan luka yang
dilakukan pada pasien operasi dengan tujuan mencegah infeksi dan merasa aman.
1. Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka
a. Sodium Klorida 0,9 %
Sodium klorida adalah
larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena antikseptik ini tidak ada
reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman digunakan
muntuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium
klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak
mempengaruhi sel darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam
beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini
adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk antiseptik ini sodium
klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999). Merupakan
larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan
dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka
menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga antiseptik lebih
murah
b. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non
metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang dikombinasi dengan bahan lain,
walaupun iodine bahan non
metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas.
Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam
antiseptik dan larutan sodium iodide encer. Iodide antiseptik dan solution
keduanya aktif melawan spora tergantung konsentrasi dan waktu pelaksanaan
(Lilley & Aucker, 1999).
c. Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak
dengan kulit atau selaput antiseptik, sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi
bakteri. Bahan ini agak iritan dan antiseptik serta meninggalkan residu
(Sodikin, 2002). Studi menunjukan bahwa antiseptic seperti povodine iodine
toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 %
dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine
ketika daerah yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda
dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).
d. Luka insisi dibersihkan dengan alcohol dan larutan
suci hama (larutan betadine dan sebagainya),lalu ditutup dengan kain penutup
luka,secara penodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan. Dibuat pula
catatan kapan benang / orave kapan dicabut atau dilonggarkan. Diperhatikan pula
apakah luka sembuh perprinum atau dibawah luka terdapat eksudat.
2.
Alat
dan bahan
a.
Pinset
anatomi
b.
Pinset
cirurghi
c.
Gunting
steril
d.
Kapas sublimat / savlon dalam tempatnya
e.
Larutan
H2O2
f.
Larutan
boorwater
g.
NaCl
0,9%
h.
Gunting perban (gunting tidak steril)
i.
Plester
/ pembalut
j.
Bengkok
k.
Kasa
steril
l.
Mangkok
kecil
m.
Handskon
steril
2.
Prosedur
kerja
a.
Cuci
tangan
b.
Jelaskan
prosedur yang akan dilaksanakan
c.
Gunakan
sarung tangan steril
d.
Buka
plester dan balutan dengan menggunakan pinset
e.
Bersihkan
luka dngan menggunakan savlon / sublimat, H2O2, boorwater atau NaCl 0,9% sesuai
dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih
f.
Berikan
obat luka
g.
Tutup
luka dengan menggunakan kasa steril
h.
Balut
luka
i.
Catat
perubahan keadaan luka
j.
Cuci
tangan
D. Ganti
Balutan
1. Pengertian Mengganti Balutan
Melakukan
perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan penggatian
balutan (ganti verban) dan mencegah terjadinya infeksi,yiatu dengan cara
mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih.
2. Tujuan
a. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi
cairan dan dapat menjaga kebersiha luka
b. Melindungi luka dari kontaminasi
c. Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis
verband )
d. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
e. Menurunkan pergerakan dan trauma
f. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
3.
Indikasi
Pada balutan yang sudah
kotor
4.
Kontra
Indikasi
a.
Pembalut
dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga
mikroorganisme dapat hidup
b.
Pembalut
dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.
E. Angkat
jahitan
1.
Pengertian
Suatu tindakan melepaskan jahitan yang biasanya di
lakukan hari ke 5-7 (atau
sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi).
2.
Tujuan
:
a.
Mempercepat proses penyembuhan luka
b.
Mencegah terjadinya infeksi akibat
adanya corpus alenium
3.
Persiapan alat :
a.
Set angkat jahitan steril berisi pinset
sirugis 2, anatomis 1, gunting hatting up, lidi waten, kasa dalam bak instrumen
steril
b.
Bengkok berisi lisol 2-3 %
c.
Kapas balut
d.
Korentang
e.
Gunting plester
f.
Plester
g.
Bensin
h.
Alcohol 70 %
i.
Bethadin 10 %
j.
Kantung balutan kotor/bengkok kosong
4.
Prosedur pelaksanaan
a.
Memberi tahu dan menjelaskan pada pasien
mengenai prosedur yang akan dilakukan.
b.
Mendekatkan alat ke dekat pasien
c.
Membantu pasien mengatur posisi sesuai
kebutuhan, sehingga luka mudah dirawat
d.
Mencuci tangan
e.
Meletakkan set angkat jahit di dekat
pasien atau di daerah yang mudah dijangkau.
f.
Membuka set angkat jahitan secara steril
g.
Membuka balutan dengan hati-hati dan
balutan di masukkan kedalam kantong balutan kotor
h.
Bekas-bekas plester dibersihkan dengan
kapas bensin
i.
Mendesinfeksi sekitar luka operasi
dengan alkohol 70% dan mengolesi luka operasi dengan betadhin solution 10%.
j.
Melepaskan jahitan satu persatu selang
seling dengan cara : menjepit simpul jahitan dengan pinset sirurgis dan ditarik
sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat dibawah simpul yang
berdekatan dengan kulit atau pada sisi lain yang tidak ada simpul.
k.
Mengolesi luka dan sekitarnya dengan
bethadin solution 10 %
l.
Menutup luka dengan kasa steril kering
dan di plester
m.
Merapikan pasien
n.
Membersihkan alat-alat dan mengembalikan
pada tempatnya
o.
Mencuci tangan
p.
Mencatat pada catatan perawatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka merupakan suatu
keadaan terputusnya jaringan tubuh yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi
tubuh, sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari- hari. Jenis Persiapan dan
Perawatan adalah Pre Operasi (Sebelum Operasi), Intra dan post, Operasi dan
Luka Perineum.
Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa, membran dan tulang atau anggota
tubuh lain (Kozier, 1995).
B. Saran
Disaranan bagi petugas
kesehatan dan pasien untuk lebih menjaga kesehatan dan juga jika terjadi luka
pada kulit untuk dijaga kebersihannya agar tidak terjadi iritasi
Daftar Pustaka
Kusmiyati yuni.2008.Keterampilan
Dasar Praktik Klinik Kebidanan.Yogyakarta:Fitramaya
Uliyah Musrifatul,dkk.2008.Praktikum
Keterampilan Dasar Praktik Klinik.Jakarta:Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar